Friday, January 10, 2014

PEMANFAATAN LUP

­­PEMANFAATAN LUP(KACA PEMBESAR) SEBAGAI PEMANAS AIR TENAGA SURYA 
Abstrak

                Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas lup sebagai alat yang memfokuskan cahaya matahari dan memanfaatkan energi panas yang ada di dalam sinar tersebut sehingga dapat memanaskan air lebih cepat jika dibandingkan dengan tidak menggunakan lup.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penulis membuat sebuah penghangat air bertenaga surya yang memanfaatkan lup sebagai alat utamanya. Setelah jadi, penulis akan menguji efektifitas penghangat air tersebut secara langsung. Jika suhu air yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan penghangat air yang secara langsung tanpa lup, maka terbukti bahwa lup dapat menghangatkan air secara langsung dan dengan waktu yang lebih cepat.
Hasil penelitian ini adalah perubahan suhu yang terjadi di dalam wadah berlup lebih tinggi jika dibandingkan dengan wadah yang tidak dipasangi lup samasekali.
Kata Kunci : lup, pemanas air, tenaga surya

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki sinar matahari yang berlimpah di siang harinya. Namun, kurangnya instlasi yang bisa memanfaatkan energi cahaya maupun energi panas yang dihasilkan oleh matahari Indonesia membuat energi yang amat besar itu terbuang sia sia.
 Energi matahari seperti telah kita rasakan menghasilkan energi panas yang begitu banyak dan energi tersebut jika dimanfaatkan dengan baik bisa dijadikan pembangkit listrik yang bisa mengatasi masalah yang ada di Indonesia bahkan dunia. Masalahnya adalah, instalasi yang bisa mengolah panas menjadi listrik ataupun panas menjadi water heater bertenaga surya bisa dibilang berharga sangat mahal dan tidak terjangkau bagi masyarakat Indonesia yang perekonomiannya masih digolongkan ke Negara berkembang. Oleh karena itu, penulis berniat membuat prototype dari instalasi yang dapat memanfaatkan energi panas dari sinar matahari dan mengefektifkan sinar yang mengandung panas menggunakan alat bantu lup.
Lup, yang juga sering disebut kaca pembesar menurut ilmu fisika memiliki sifat dapat mengumpulkan ataupun memfokuskan cahaya ke suatu titik dibelakang lensa. Itu berarti lup bisa mengfektifkan cahaya yang mengandung panas ke suatu objek, dan hal itu berarti juga panas yang dikandung dapat dimanfaatkan dengan lebih efektif dan dengan waktu yang lebih singkat untuk dijadikan water heater dibandingkan dengan panas yang dihasilkan jika tidak menggunakan lup.  Hal ini yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian menggunakan lup. Selain memanfaatkan energi yang begitu besar dari cahaya dan panas matahari, penulis juga  mencoba memanfaatkan hal yang biasa saja menjadi lebih berguna di kehidupan bermasyarakat.
2. Metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penulis membuat sebuah penghangat air bertenaga surya yang memanfaatkan lup sebagai alat utamanya. Setelah jadi, penulis akan menguji efektifitas penghangat air tersebut secara langsung. Jika suhu air yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan penghangat air yang secara langsung tanpa lup, maka terbukti bahwa lup dapat menghangatkan air secara langsung dan dengan waktu yang lebih cepat.
Variabel bebas dari penelitian ini adalah jumlah lup dan kekuatan lensa dari lup yang digunakan. Sementara variabel terikat dari penelitian ini adalah volume air yang berada di dalam wadah kaleng.
Alat yang digunakan antara lain: kaleng bekas, lup, alumunium foil, karton hitam, penyangga lup, lakban bening, lem, dan thermometer. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air.
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah menjemur langsung alat di bawah sinar matahari. Tahap dalam penelitian ini adalah:
a. Mengecat permukaan luar kaleng dengan cat hitam,
b. Membungkus seluruh bagian dalam kaleng dengan karton hitam,
c. Membungkus seluruh bagian dalam kaleng dengan alumunium foil
d. Pasang lup di tutup kaleng.
e. Masukkan air dan ukur suhu awal .
f. Ukur suhu air sesuai waktu yang sudah ditentukan.
g. Bandingkan suhu air di wadah berLup dan di wadah tidak berLup.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian yang didapat dari pengamatan suhu air yang dimulai dari hari Jum’at tanggal 1 November 2013 hingga Senin tanggal 4 November 2013 yang bertempat di Pamulang dan Depok adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Hasil Pengamatan Tabel Kaleng berLup Hari-1
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah Lup/Dioptri
1
09:00
27oC
1 liter
1/3
2
12:00
31oC
1 liter
1/3
3
15:00
28oC(Hujan)
1 liter
1/3
4
18:00
27oC
1 liter
1/3

Tabel 1.2. Hasil Pengamatan Tabel Tidak berLup Hari-1
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
1
09:00
27oC
1 liter
2
12:00
28oC
1 liter
3
15:00
28oC(Hujan)
1 liter
4
18:00
26oC
1 liter

 Tabel 1.3. Hasil Pengamatan Tabel Kaleng berLup Hari-1
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah Lup/Dioptri
1
09:00
27oC
1 liter
1/3
2
12:00
29oC
1 liter
1/3
3
15:00
27oC(Hujan)
1 liter
1/3
4
18:00
27oC
1 liter
1/3

 Hari kedua:
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Tabel berLup Hari-2
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah Lup/Dioptri
1
09:00
27oC(Mendung)
1 liter
1/3
2
12:00
27oC(Mendung)
1 liter
1/3
3
15:00
27oC(Hujan)
1 liter
1/3
4
18:00
27oC
1 liter
1/3

Tabel 2.2. Hasil Pengamatan Tabel tidak berLup Hari-2
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
1
09:00
27oC(Mendung)
1 liter
2
12:00
27oC(Mendung)
1 liter
3
15:00
27oC(Hujan)
1 liter
4
18:00
27oC
1 liter

Tabel 2.3. Hasil Pengamatan Tabel berLup Hari-2
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah Lup/Dioptri
1
09:00
27oC(Mendung)
1 liter
1/1.3
2
12:00
27oC(Mendung)
1 liter
1/1.3
3
15:00
27oC(Hujan)
1 liter
1/1.3
4
18:00
27oC
1 liter
1/1.3

Hari ketiga:
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Tabel berLup Hari-3
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah Lup/Dioptri
1
09:00
28oC(Mendung)
1 liter
1/3
2
12:00
28oC(Mendung)
1 liter
1/3
3
15:00
28oC(Hujan)
1 liter
1/3
4
18:00
28oC
1 liter
1/3

Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Tabel Tidak berLup Hari-3
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
1
09:00
28oC(Mendung)
1 liter
2
12:00
28oC(Mendung)
1 liter
3
15:00
28oC(Hujan)
1 liter
4
18:00
28oC
1 liter

Tabel 3.3. Hasil Pengamatan Tabel berLup Hari-3
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah Lup/Dioptri
1
09:00
28oC(Mendung)
1 liter
1/1.3
2
12:00
28oC(Mendung)
1 liter
1/1.3
3
15:00
28oC(Hujan)
1 liter
1/1.3
4
18:00
28oC
1 liter
1/1.3



Hari keempat:
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Tabel berLup Hari-4
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah Lup/Dioptri
1
09:00
26oC
1 liter
1/3
2
12:00
36oC
1 liter
1/3
3
15:00
32oC(Mendung)
1 liter
1/3
4
18:00
32oC
1 liter
1/3

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Tabel Tidak berLup Hari-4
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
­­­­­­Volume Air
1
09:00
26oC
1 liter
2
12:00
32oC
1 liter
3
15:00
28oC
1 liter
4
18:00
27oC
1 liter

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Tabel Tidak berLup Hari-4
No.
Waktu Pengecekan
Suhu Air
Volume Air
Jumlah Lup/Dioptri
1
09:00
26oC
1 liter
1/1.3
2
12:00
30oC
1 liter
1/1.3
3
15:00
32oC(Mendung)
1 liter
1/1.3
4
18:00
32oC
1 liter
1/1.3

Dari hasil pengamatan selama 4 hari tersebut terlihat bahwa perubahan suhu yang terjadi di dalam kaleng berLup lebih tinggi jika dibandingkan dengan kleng yang tidak dipasangi lup samasekali.
Untuk mengetahui efekifitas penggunaan lup sebagai pemanas air pertama tama peneliti membuat sebuah wadah air menggunakan kaleng bekas. Agar kaleng tersebut dapat menyimpan panas lebih lama seluruh permukaan luar kaleng tersebut di cat berwarna hitam, karena menurut teori fisika warna hitam dapat menyerap dan menyimpan panas lebih sempurna dibandingkan warna lainnya. Setelah itu seluruh permukaan dalam kaleng yang sama ditutup menggunakan karton hitam dengan tujuan yang sama, namun karena karton tidak bersifat waterproof maka bagian atas karton ditutupi kembali dengan alumunium foil untuk menahan air dan menyimpan panas lebih lama. Setelah wadah siap, lup dipasang di bagian tutup kaleng dan wadah diisi air bersuhu normal sekitar 25 hingga 30 derajat celcius. Siapkan kaleng lain yang tidak diwarnai ataupun di tutupi oleh karton hitam, alumunium dan juga tidak dipasangi lup, lalu isi dengan air bersuhu dan volume yang sama seperti kaleng yang sebelumnya.
Setelah dilakukan penelitian, pada hari pertama didapatkan hasil yang menyatakan bahwa kenaikan suhu yang terdapat di wadah air yang dipasangi lup lebih tinggi dibandingkan dengan wadah yang tidak dipasangi lup dibagian atasnya. Suhu awal kedua air didalam wadah berbeda tersebut merupakan 27 derajat celcius. Namun, setelah tiga jam dipanaskan dibawah sinar matahari dengan intensitas yang sama didapatkan perubahan suhu yang berbeda. Perubahan suhu yang terjadi di wadah berLup yaitu 4 derajat celcius sementara di wadah tidak berlup hanya 1 derajat celcius. Hal ini menandakan lup dapat mengefektifkan energi panas yang terdapat di dalam sinar matahari.
Pada hari kedua dan ketiga penelitian dilakukan, didapatkan hasil yang sangat tidak maksimal suhu di kedua wadah tetap sama dari awal pengamatan pukul 09:00 waktu setempat hingga akhir pengamatan yaitu pukul 18:00. Hal ini disebabkan oleh minimnya intensitas cahaya matahari yang ada dan juga terjadinya hujan sekitar pukul 14:45 saat itu.
Pada hari terakhir penelitian, hasil yang didapatkan menunjukkan hasil yang paling maksimal diantara hari hari lainnya. Suhu awal yang sama yaitu 26 derajat celcius berubah menjadi 36 derajat celcius pada kaleng yang berLup dan 32 derajat celcius pada kaleng yang tidak berLup. Hal tersebut kembali membuktikan bahwa lup dapat mengefektifkan energi panas yang terkandung didalam cahaya matahari.
Dari perubahan suhu yang didapatkan dan menunjukkan hasil bahwa lup lebih efektif untuk meningkatkan suhu air dibandingkan dengan tidak menggunakan lup dikarenakan sifat lup yang merupakan lensa cembung yaitu konvergen, atau mengumpulkan cahaya.(Marthen Kanginan,2002) Dalam penelitian ini, cahaya matahari yang difokuskan mengandung energi termal atau biasa disebut energi panas. Oleh karena itu energi panas yang terkandung di dalam cahaya matahari juga ikut terfokuskan ke arah air.
Didalam penelitian ini proses yang terjadi adalah proses heliothermal yang merupakan konversi energi tenaga surya yang menyerap langsung radiasi yang terkandung dalam cahaya matahari, jenis konversi energi ini merupakan yang paling efektif diantara proses konversi energi surya lainnya. Karena proses heliothermal dapat mengefektifkan 100% energi yang dihasilkan secara langsung oleh matahari.(Archie W Culp Jr, 1989)
Suhu yang berubah ketika sinar matahari belum muncul ataupun telah terbenam juga bukan berarti bahwa energi yang ada di dalam sistem menghilang. Energi bersifat tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan tetapi dapat dirubah bentuknya menjadi berbagai jenis seperti energi listrik dan lain-lain.(Jamal, 2002)



4.       Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini mengefektifkan sinar matahari yang mengandung panas kepada media air jika dibandingkan dengan sinar matahari yang berinteraksi langsung dengan air tanpa menggunakan perantara lup. Dengan begitu bisa disimpulkan bahwa hasil karya ilmiah ini sesuai dengan hipotesis awal. adalah bahwa Lup atau yang biasa disebut masyarakat awam kaca pembesar dapat
5.       Saran
Saran untuk para peneliti selanjutnya adalah:
1.       Agar membuat wadah air dengan volume yang lebih besar. Agar air yang sudah hangat dapat digunakan untuk hal yang lebih besar.
2.       Untuk melakukan penelitian ini di musim panas agar hasil yang didapat lebih maksimal dengan adanya sinar matahari yang lebih banyak.
3.       Menggunakan lebih banyak lup di bagian atas wadah agar suhu yang diinginkan lebih cepat tercapai karena permukaan air yang terkena sinar dari lup lebih banyak.

6. Daftar pustaka
1.      Junior, Archie W Culp. 1989. Prinsip-prinsip Konversi Energi. Jakarta: Erlangga.
2.      Kadir, Abdul. 1995. Energi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
3.      Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XI Semester 1. Jakarta: Erlangga.
4.      Karyono. 2009. Fisika 1 : untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
5.      Purba, Michael. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
6.      Purwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

No comments:

Post a Comment